BELAJAR
MATEMATIKA BAGAIKAN TANGGA
A. Pendahuluan
Dewasa ini yang masih menjadi pembicaraan hangat
dalam masalah mutu pendidikan adalah prestasi belajar siswa dalam suatu bidang
ilmu tertentu. Menyadari hal tersebut, maka pemerintah bersama para ahli
pendidikan, berusaha untuk lebih meningkatkan mutu pendidikan. Upaya pembaruan
pendidikan telah banyak dilakukan oleh pemerintah, diantaranya melalui seminar,
lokakarya dan pelatihan-pelatihan dalam hal pemantapan
materi pelajaran serta metode pembelajaran untuk bidang studi tertentu misalnya
IPA, Matematikadan lain-lain. Sudah banyak usaha yang dilakukan oleh Indonesia untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia,
khususnya pendidikan Matematika di sekolah, namun belum menampakkan hasil yang
memuaskan, baik ditinjau dari proses pembelajarannya
maupun dari hasil prestasi belajar siswanya.
Dari beberapa mata pelajaran yang disajikan pada SMP, matematika adalah
salah satu mata pelajaran yang menjadi kebutuhan system
dalam melatih penalarannya. Melalui pengajaran matematika diharapkan akan menambah kemampuan, mengembangkan keterampilan dan
aplikasinya. Selain itu, matematika adalah sarana berpikir dalam menentukan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, bahkan matematika merupakan
metode berpikir logis, sistematis dan konsisten. Oleh karenanya semua masalah
kehidupan yang membutuhkan pemecahan secara cermat dan teliti selalu harus
merujuk pada matematika.
Namun dibalik semua itu, yang terjadi selama ini adalah masih banyak siswa
yang menganggap bahwa matematika tidaklah lebih dari sekedar berhitung dan
bermain dengan rumus dan angka-angka. Saat ini banyak siswa yang hanya menerima
begitu saja pengajaran matematika di sekolah, tanpa mempertanyakan mengapa dan
untuk apa matematika harus diajarkan. Tidak jarang muncul keluhan bahwa
matematika cuma bikin pusing siswa dan dianggap sebagai momok yang menakutkan
bagi siswa. Begitu beratnya gelar yang disandang matematika yang membuat
kekhawatiran pada prestasi belajar matematika siswa. Sementara itu kebanyakan guru dalam mengajar masih kurang memperhatikan kemampuan
berpikir siswa, atau dengan kata lain tidak melakukan pengajaran bermakna,
metodeyang digunakan kurang bervariasi, dan sebagai akibatnya motivasi belajar
siswa menjadi sulit ditumbuhkan dan pola belajar cenderung menghafal dan
mekanistis. Ditambah lagi dengan penggunaan pendekatan pembelajaran yang
cenderung membuat siswa pasif dalam proses belajar-mengajar, yang membuat siswa
merasa bosan sehingga tidak tertarik lagi untuk mengikuti pelajaran tersebut,
terlebih lagi pelajaran matematika yang berkaitan dengan konsep-konsep abstrak,
sehingga pemahamannya membutuhkan daya nalar yang tinggi. Oleh karena itu,
dibutuhkan ketekunan, keuletan, perhatian, dan motivasi yang tinggi untuk
memahami materi pelajaran matematika.
B.
Karakteristik Matematika
Matematika merupakan ilmu yang sistematis,
dalam arti konsep, sifat matematika tersusun secara hiraksis. Oleh karena itu,
agar orang dapat menguasai suatu materi matematika tersebut/tertentu., perlu
didahului dengan penguasaan materi prasyaratnya. Memang matematika menggunakan
istilah serta symbol-symbol yang didefinisikan secara tepat dan berhati-hati,
dengan demikian matematika dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan
seseorang untuk berkomunikasi secara matematik dalam ilmu pengetahuan,
kehidupan sehari-hari, maupun dalam matematika itu sendiri.
Guru
yang baik adalah guru yang senantiasa melakukan analisis pada setiap materi
yang akan dibelajarkan kepada peserta
didiknya, karena dengan melakukan analisis materi maka seorang guru dapat
mengidentifikasi beberapa hal yang berkaitan
dengan tingkat kedalaman materi, tingkat kesukaran materi, tingkat keterpakaian
materi, dan unsur-unsur penunjang dari materi yang akan dibelajarkan tersebut.
Disamping itu pula, dengan melakukan analisis materi pembelajaran, maka seorang
guru dapat mengidentifikasi atau dapat menentukan simpul-simpul materi yang
kebanyakan peserta didik sukar untuk memahaminya, sehingga dengan demikian
seorang guru dapat menyusun suatu langkah-langkah strategis yang akan dilakukan
dalam membelajarkan peserta didiknya secara efektif dan efisien.
Matematika sekolah yang merupakan
salah satu mata pelajaran yang harus diikuti oleh peserta didik yang menempuh
pendidikan di jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) didalamnya memuat beberapa
materi atau standar kompetensi (SK) yang saling terkait satu dengan yang
lainnya. Keterkaitan antar standar
kompetensi-standar kompetensi yang
terdapat pada mata pelajaran matematika tersebut memberikan arti bahwa seseorang
yang ingin mempelajari dan menguasai dengan
baik satu standar kompetensi tertentu pada mata pelajaran matematika sangat bergantung
pada tingkat penguasaan orang tersebut terhadap standar kompetensi yang menjadi
materi penunjang. Suatu materi yang dibutuhkan di dalam mempelajari dan
menguasai materi tertentu dalam mata pelajaran matematika biasa diistilahkan dengan
sebutan materi prasyarat.
Tidak sedikit guru matematika mengeluhkan
tentang kurangnya motivasi belajar yang diperlihatkan oleh peserta didik selama
mengikuti proses belajar mengajar dan adanya keluhan tentang rendahnya hasil
belajar yang dicapai oleh peserta didik setelah menempuh proses pembelajaran di
kelas, akan tetapi ironisnya adalah sebagian guru matematika kurang atau tidak
sama sekali berupaya mencari tahu apa yang menyebabkan sehingga motivasi dan
hasil belajar peserta didik tersebut rendah. Seharusnya seorang guru matematika
sedapat mungkin melakukan suatu tindakan reflektif terhadap proses pembelajaran
yang telah dilakukannya selama ini, karena dengan melalui tindakan reflektif,
maka penyebab munculnya masalah dapat teridentifikasi dengan baik yang
memungkinkan seorang guru dapat menentukan alternative solusi untuk memecahkan
masalah yang dihadapi oleh peserta didik.
Seorang peserta didik kerapkali kesulitan didalam
mempelajari, memahami dan menguasai beberapa materi tertentu dalam mata
pelajaran matematika. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, dan salah satu
faktor itu adalah peserta didik kurang atau tidak samasekali menguasai dengan
baik materi-materi yang menjadi materi prasyarat yang dibutuhkan didalam
mempelajari dan menguasai materi tertentu tersebut. Sebagai contoh, seorang
peserta didik kerapkali kesulitan dalam menemukan atau menentukan luas sisi
suatu tabung, hal ini disebabkan karena peserta didik tersebut kurang atau tidak
menguasai dengan baik tentang jari-jari dan keliling lingkaran yang menjadi
materi prasyarat dalam menentukan luas sisi tabung, demikian pula seorang
peserta didik akan mengalami kendala dalam melakukan penjumlahan pada bilangan pecahan
yang penyebutnya berbeda jika peserta didik tersebut tidak menguasai pecahan senilai
sebagai materi prasyarat.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka seorang
guru matematika diharapkan tidak hanya sebatas melakukan analisis materi dan
pengidentifikasian terhadap materi-materi yang menjadi materi prasyarat pada
materi-materi tertentu dalam mata pelajaran matematika, akan tetapi seorang
guru matematika juga diharapkan senantiasa berupaya dan berpikir tentang kapan
dan bagaimana sebaiknya materi prasyarat dapat disampaikan kepada peserta didik
sehingga penyampaian materi prasyarat tersebut dapat lebih efektif, efisien, dan
berhasil guna. Agar dalam penyampaian
materi prasyarat tersebut dapat efektif dan efisien, maka seorang guru harus
senanatiasa mempertimbangkan beberapa hal, antara lain adalah kapan waktu
menyampaikan,dan bagaimana cara atau teknik menyampaikannya, sebab menyampaikan
materi prasyarat tanpa adanya suatu perencanaan yang baik tentunya akan
menimbulkan suatu masalah bagi peserta didik maupun guru itu sendiri.
C.
Belajar
Matematika Seperti Tangga
Dilihat
dari karakteristik matematika, seperti yang sudah dipaparkan di atas. Kalau
diibaratkan belajar matematika itu seperti sebuah tangga. Jika kita lihat
deskripsi tangga “kita tidak bisa naik ke
tangga yang atas, jika tak melewati tangga sebelumnya”.
Berikut ini diuraikan hasil diskusi dan curah
pendapat dari rekan guru matematika tentang cara yang dapat dilakukan didalam
menyampaikan materi prasyarat, yaitu sebagai berikut :
1. Materi
prasyarat yang sebelumnya telah teridentifikasi disampaikan kepada peserta
didik sebelum guru menyampaikan materi inti dalam proses belajar mengajar,
dengan kata lain bahwa materi prasyarat ini dijadikan sebagai bahan apersepsi
didalam melakukan proses belajar mengajar. Misalnya dalam membelajarkan volum
tabung, maka jari-jari dan luas lingkaran yang menjadi materi prasyarat dalam
menghitung volum tabung disampaikan pada awal melakukan pembelajaran, Namun
cara ini oleh sebagian guru dipandang mempunyai kelemahan dari sisi penggunaan waktu
yang terkadang tidak efektif, hal ini dimungkinkan karena terkadang peserta
didik sudah lupa atau samasekali tidak tahu tentang materi prasyarat yang harus
dikuasainya, sehingga guru membutuhkan waktu yang sangat banyak didalam
menyampaikannya. Jika hal ini terjadi maka sudah barang tentu dapat menyebabkan
tersitanya waktu untuk menyampaikan materi inti.
2. Seorang guru
didalam menyampaikan materi prasyarat dapat pula menggunakan strategi lain,
yaitu guru menginstruksikan kepada setiap peserta didik untuk mempelajari materi
prasyarat yang telah diidentifikasi sebelumnya untuk dijadikan sebagai bahan
belajar mandiri di rumah, dan selanjutnya hasil belajar mandiri oleh peserta
didik akan dievaluasi dengan memberikan kuis pada tahap awal pembelajaran di
kelas. Untuk menerapkan cara ini, seorang guru diharapkan dapat menyusun dan
mempersiapkan instrumen yang akan dimunculkan dalam kuis, dan diupayakan agar
kuis tersebut dirancang dan disusun sedemikian sehingga kuis dapat diselesaikan
oleh peserta didik dalam jangka waktu paling lama 5 menit. Setelah pemberian
kuis dilakukan, maka guru selanjutnya diharapkan melakukan refleksi terhadap
materi prasyarat atau melakukan pembahasan sekilas tentang materi prasyarat
tersebut. Cara ini dianggap lebih efektif karena dapat memberi kesempatan dan
waktu yang lebih banyak kepada peserta didik untuk lebih memahami dan menguasai
materi prasyarat tersebut.
3. Cara lain
yang dapat dilakukan oleh seorang guru didalam menyampaikan materi prasyarat
adalah menjadikan materi prasyarat tersebut sebagai pekerjaan rumah (PR) bagi
peserta didik, dimana PR ini akan disetor oleh peserta didik sebelum
dilaksanakannya proses belajar mengajar di kelas, dan setelah peserta didik
menyetor hasil pekerjaan rumahnya maka selanjutnya guru diharapkan membahas
secara sekilas atau melakukan refleksi terhadap apa yang menjadi materi
prasyarat sebelum memulai proses belajar mengajar yang berkaitan dengan materi
inti. Cara ini menurut sebagian guru mempunyai sedikit kelemahan, karena boleh
jadi peserta didik tidak berupaya mengerjakan secara sungguh-sungguh yang
menjadi tugas mereka, melainkan ada kecenderungan bahwa sebagian peserta didik
hanya meniru pekerjaan yang telah diselesaikan oleh temannya.
Dari ketiga
cara yang telah diuraikan di atas, mudah-mudahan dapat membuka wawasan kita sebagai
seorang guru tentang kapan dan bagaimana sebaiknya menyampaikan suatu materi
prasyarat kepada peserta didik sehingga dapat lebih efektif, efisien dan
berhasil guna. Dan tentunya masih banyak cara atau strategi lain didalam
menyampaikan materi prasyarat yang rekan guru biasa lakukan, oleh karena itu,
diharapkan dapat melanjutkan tulisan ini dalam rangka pengembangan kompetensi
guru ke depan. (Zulfian Yusmana, S.Pd)